Hari Populasi Dunia dan Tantangan Pertanian Global

Hari Populasi Dunia yang diperingati setiap 11 Juli oleh UNFPA (United Nations Population Fund) merupakan ajakan global untuk merenungkan isu-isu krusial akibat ledakan jumlah penduduk. Salah satu dampak signifikan dari pertumbuhan populasi adalah tekanan besar terhadap sektor pertanian dan ketahanan pangan.

Lonjakan populasi global, yang kini mencapai lebih dari 8 miliar jiwa, memunculkan berbagai permasalahan dalam bidang pertanian:

  • Kebutuhan pangan meningkat drastis, namun lahan produktif semakin terbatas.
  • Konversi lahan pertanian ke permukiman dan industri semakin masif.
  • Perubahan iklim memperparah kerentanan hasil panen.
  • Teknologi pertanian belum merata di negara berkembang.
  • Ketimpangan distribusi pangan menyebabkan sebagian wilayah mengalami kelaparan akut.

Pertumbuhan populasi tidak hanya berdampak pada jumlah konsumen pangan, tetapi juga memperparah eksploitasi lahan, air, dan energi. Sistem pertanian konvensional, yang sangat bergantung pada pupuk kimia dan monoculture, terbukti tidak cukup adaptif terhadap kondisi global yang dinamis.

Menurut laporan FAO (2023), diperkirakan kebutuhan pangan global akan meningkat sebesar 60% pada tahun 2050. Namun pada saat yang sama, jutaan petani menghadapi tekanan harga, risiko iklim, dan rendahnya insentif untuk regenerasi lahan.

Islam, dalam konteks ini, juga memberikan pijakan penting: bahwa sumber daya alam adalah amanah dan pertanian adalah ladang keberkahan jika dikelola dengan nilai-nilai tanggung jawab.

Menghadapi tantangan populasi dan pangan, berikut solusi strategis yang perlu dikembangkan:

  1. Pertanian Presisi (Smart Farming)
    Menggunakan data, sensor, drone, dan AI untuk meningkatkan efisiensi produksi tanpa eksploitasi berlebihan.
  2. Regenerative Agriculture
    Sistem tanam yang mengembalikan kesuburan tanah secara alami dan menjaga keseimbangan ekosistem.
  3. Perlindungan Lahan Pertanian
    Melalui kebijakan tata ruang yang adil dan berpihak pada keberlanjutan produksi pangan.
  4. Edukasi dan Inklusi Petani Muda
    Membuka akses teknologi dan pasar bagi generasi muda untuk kembali memilih pertanian sebagai masa depan.
  5. Diversifikasi Pangan Lokal
    Mengurangi ketergantungan pada komoditas impor dengan memperkuat varietas lokal yang adaptif iklim.

Hari Populasi Dunia bukan sekadar refleksi statistik, tetapi panggilan aksi terhadap sektor paling vital bagi keberlangsungan hidup: pertanian. Tanpa solusi konkret dan kolaboratif, ketahanan pangan hanya akan menjadi jargon tanpa substansi.

Tantangan populasi global adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Namun, dengan pendekatan yang inovatif, kolaboratif, dan berbasis nilai, masa depan pangan dapat dijamin. Momentum ini harus dimanfaatkan sebagai hijrah kolektif menuju sistem pertanian yang adil, berkelanjutan, dan tangguh bagi generasi mendatang.

Daftar Pustaka

  1. United Nations Population Fund (UNFPA). (2023). World Population Day Brief.
  2. Food and Agriculture Organization (FAO). (2023). The Future of Food and Agriculture: Drivers and Triggers for Transformation.
  3. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2022). Climate Change and Land Report.
  4. BPS. (2024). Data Proyeksi Penduduk Indonesia 2020–2045.
  5. Altieri, M. (2021). Agroecology: Science and Politics.
  6. Mubarok, H. (2022). Islam dan Krisis Ekologi Global.
  7. Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. (2023). Menuju Ketahanan Pangan Nasional.
  8. Kementerian Pertanian RI. (2024). Strategi Pertanian Digital 2025.

Leave a Comment

Your email address will not be published.