Hari Anak Nasional (HAN), yang diperingati setiap 23 Juli, adalah momentum penting untuk merefleksikan posisi anak dalam pembangunan bangsa. Seiring dengan visi “Indonesia Emas 2045”, anak-anak hari ini diharapkan menjadi generasi unggul yang membawa Indonesia menjadi negara maju tepat di usia 100 tahun kemerdekaannya.
Namun, berbagai tantangan serius masih menghambat pencapaian tujuan tersebut, antara lain:
- Kualitas Pendidikan
Masih terjadi kesenjangan akses dan mutu pendidikan antara daerah, termasuk rendahnya hasil asesmen nasional pada literasi dan numerasi. - Digitalisasi dan Teknologi
Ketimpangan literasi digital menyebabkan anak menjadi konsumen pasif teknologi, bukan kreator. - Stunting dan Gizi Buruk
Berdasarkan data BKKBN dan Kemenkes, prevalensi stunting masih menjadi ancaman serius bagi tumbuh-kembang anak. - Kesehatan Mental Anak
Tekanan akademik, lingkungan tidak suportif, serta kurangnya edukasi emosi menyebabkan meningkatnya kasus depresi dan kecemasan pada anak. - Paparan Negatif Media Sosial
Anak mudah terpapar konten kekerasan, pornografi, dan hoaks yang memengaruhi moral dan karakter.
Visi Generasi Emas 2045 adalah generasi yang sehat, cerdas, berkarakter, dan kompetitif global. Dalam RPJPN 2025–2045, pembangunan SDM anak menjadi salah satu prioritas utama. Strategi kebijakan meliputi:
- Penguatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
- Implementasi Kurikulum Merdeka dan karakter Profil Pelajar Pancasila
- Intervensi gizi sejak 1000 hari pertama kehidupan
- Perlindungan anak melalui sistem peradilan ramah anak dan edukasi keluarga
Dalam perspektif Islam, Rasulullah SAW sangat menekankan kasih sayang dan pendidikan akhlak kepada anak, sebagaimana dalam hadis: “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil…” (HR. Tirmidzi).
Solusi dari permasalahan tantangan Anak saat ini:
- Revitalisasi Pendidikan Berbasis Karakter dan Keterampilan Hidup
Mendorong pendidikan yang menanamkan akhlak, kemandirian, dan kompetensi abad 21. - Akselerasi Inklusi Digital yang Aman
Pemerintah dan sektor privat perlu memastikan infrastruktur digital yang aman, murah, dan edukatif. - Gerakan Nasional Anti-Stunting dan Gizi Seimbang
Kampanye dan layanan posyandu digital yang terintegrasi. - Pelibatan Aktif Keluarga dan Komunitas
Anak bukan hanya tanggung jawab sekolah, tapi seluruh lingkungan sosial. - Ruang Ekspresi dan Perlindungan Psikologis Anak
Dukungan layanan konseling di sekolah dan edukasi emosi sejak dini.
Tantangan anak masa kini adalah kompleks, tetapi bukan tidak mungkin diatasi. Melalui pendekatan holistik, terintegrasi, dan kolaboratif, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya pintar, tapi juga tangguh, berakhlak, dan siap bersaing.
Hari Anak Nasional menjadi titik awal perubahan. Membangun generasi emas tidak bisa ditunda. Karena masa depan Indonesia bergantung pada apa yang kita berikan untuk anak hari ini.
Daftar Pustaka
- Kementerian PPPA RI. (2023). Laporan Hari Anak Nasional.
- Badan Pusat Statistik. (2024). Profil Anak Indonesia 2024.
- BKKBN. (2023). Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting.
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2024). Kurikulum Merdeka dan Profil Pelajar Pancasila.
- World Bank. (2022). The Promise of Education for All.
- UNICEF. (2023). Children and Digital Technology in Southeast Asia.
- Tim RPJPN. (2023). Visi Indonesia 2045: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025–2045.
- Al-Qur’an dan Hadis Riwayat Tirmidzi