Seberapa pentingnya tanaman bioteknologi untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan petani? #SahabatCropLife #FaktaBioteknologi
Manusia telah memodifikasi tanaman selama ribuan tahun melalui pemuliaan selektif. Seiring dengan semakin banyaknya petani yang mempelajari tentang pewarisan sifat, mereka secara sengaja menyilangkan dan memilih tanaman untuk meningkatkan hasil, rasa, dan karakteristik lain yang diinginkan. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, Revolusi Hijau memungkinkan peningkatan produksi pangan yang lebih cepat melalui penggunaan varietas benih dan pupuk dengan hasil tinggi.
Dalam beberapa dekade terakhir, perbaikan tanaman dilakukan ketika perubahan yang ditargetkan pada susunan genetik tanaman melalui bioteknologi modern memberikan tanaman sifat baru yang diinginkan. Istilah rekayasa genetika (GE) mengacu pada praktik modifikasi genetik yang memanfaatkan bioteknologi modern. Sebagian besar tanaman bioteknologi (PRG) yang ditanam saat ini dikembangkan untuk membantu petani mencegah kehilangan panen.

Berikut adalah dampak positif tanaman bioteknologi (sumber: PG Economics UK) :
1. Tanaman Bioteknologi (PRG) telah membantu meningkatkan produksi pangan, pakan, dan serat global hingga hampir 1 miliar ton dari tahun 1996 hingga 2020.
2. Teknologi tanaman hasil rekayasa genetika telah meningkatkan hasil panen melalui pengendalian hama dan gulma yang lebih baik.
Antara tahun 1996 hingga 2020, teknologi tanaman tahan serangga (IR) yang digunakan pada kapas dan jagung telah meningkatkan hasil panen rata-rata sebesar 17,7 persen untuk jagung IR dan 14,5 persen untuk kapas IR dibandingkan dengan sistem produksi konvensional.
3. Tanaman hasil rekayasa genetika memungkinkan petani untuk menanam lebih banyak tanpa perlu menggunakan lahan tambahan. Jika tanaman bioteknologi tidak tersedia bagi petani pada tahun 2020, mempertahankan tingkat produksi global tahun itu akan membutuhkan penanaman tambahan 11,6 juta hektar (ha) kedelai, 8,5 juta ha jagung, 2,8 juta ha kapas, dan 0,5 juta ha kanola. Total 23,4 juta ha ini setara dengan gabungan luas lahan pertanian Filipina dan Vietnam.
4. Tanaman bioteknologi secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca pertanian dengan membantu petani mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan seperti pengurangan pengolahan tanah, yang mengurangi pembakaran bahan bakar fosil dan menahan lebih banyak karbon di dalam tanah.
5. Selama periode 1996-2020, pendapatan rata-rata di antara semua petani tanaman bioteknologi mendapatkan tambahan pendapatan sebesar $3,76 untuk setiap dolar yang diinvestasikan dalam adopsi benih tanaman bioteknologi selama periode 1996-2020. Dari tahun 1996 hingga 2020, manfaat pendapatan pertanian global bersih adalah $261,3 miliar, setara dengan peningkatan pendapatan rata-rata sebesar $112/hektar.
Ayo kamu, jangan lupa lakukan kunjungan di akun-akun social media CropLife Indonesia untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai edukasi dan inovasi teknologi pertanian di Indonesia.
Twitter : @croplifeindo
LinkedIn : Croplife Indonesia
Youtube : Croplife Indonesia
Facebook : Croplife Indonesia
Instagram : Croplife Indonesia
Tiktok : Croplife Indonesia