Panen Raya Jagung Bioteknologi: Kolaborasi Lintas Sektor Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan

Lamongan, Jawa Timur, 10 Juni 2025 – Perkembangan teknologi modern dan aplikasinya di bidang benih dan produk perlindungan tanaman (prolintan) dapat menjadi salah satu solusi bagi pertanian Indonesia untuk menjaga stok pangan domestik dan memenuhi kebutuhan ekspor yang pada akhirnya untuk mempercepat swasembada pangan.  Salah satu produk teknologi modern yang telah dirasakan manfaatnya untuk petani Indonesia adalah jagung bioteknologi atau jagung Produk Rekayasa Genetik (PRG). Saat ini terdapat 2 jenis jagung PRG yang sudah dikenal petani yaitu jagung PRG tahan hama penggerek batang dan jagung PRG toleran herbisida glifosat.

Pada tanggal 10 Juni 2025, Dr. Ir. Haikal Hassan Barras MMT, selaku Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) melakukan panen raya jagung Bioteknologi bersama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Asosiasi Petani Jagung Indonesia, Masyarakat Bioteknologi Pertanian Indonesia (MASBIOPI), Pondok Pesantren Sunan Drajat, dan CropLife Indonesia. Kegiatan yang diprakarsai oleh KTNA ini dilaksanakan di Lamongan dan dihadiri oleh kurang lebih 500 petani dan pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pelaku industri, petani, ulama, serta asosiasi.  Selain panen raya, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pameran produk bioteknologi yang telah beredar di Indonesia yaitu kentang dan tebu, termasuk UMKM lokal yang mengolah panganan jagung.

Sektor pertanian jagung di Indonesia secara umum masih memiliki banyak potensi untuk dikembangkan dengan maksimal. Oleh karena itu, kegiatan ini diharapankan dapat memotivasi petani untuk semakin meningkatkan produktivitas yang akan diiringi dengan peningkatan kesejahteraan hidup. Para petani di Lamongan, yang dikenal sebagai salah satu sentra jagung di Indonesia, kini telah dapat mengakses teknologi jagung bioteknologi yang halal dan aman dikonsumsi.

“Jagung bioteknologi merupakan produk yang sudah ditunggu-tunggu oleh petani karena keunggulannya untuk meminimalisir potensi hasil kehilangan petani. Seperti jagung bioteknologi yang dipanen hari ini, berasal dari benih-benih yang memiliki keunggulan tahan hama penggerek batang serta toleran herbisida glifosat. Sehingga, petani bisa lebih mudah merawat tanaman dari gulma maupun serangan hama penggerek batang, usaha tani menjadi lebih murah, serta hasil lebih meningkat,” ujar Yadi Sofyan Noor, Ketua Umum KTNA Nasional. 

Dengan berbagai keunggulan tersebut, lanjut Yadi, KTNA sangat optimis jagung bioteknologi akan mendukung program Asta Cita untuk mempercepat swasembada pangan. Hal senada diungkapkan oleh Kepala BPJPH bahwa “Tanaman dan pangan bioteknologi memegang peran penting dalam mencapai swasembada pangan serta meningkatkan kesejahteraan petani. Bioteknologi sangat relevan dalam menjawab tantangan yang dihadapi secara global seperti perubahan iklim karena kemampuannya yang adaptif terhadap cuaca yang ekstrim serta ketahanan terhadap hama dan penyakit,” ujar Dr. Ir. Ahmad Haikal Hassan Baras MMT, Kepala BPJPH. 

 Di Indonesia, isu kehalalan produk sering kali menjadi perhatian utama masyarakat, mengingat mayoritas penduduk beragama Islam. Dalam konteks benih bioteknologi jagung, muncul pertanyaan apakah sertifikasi halal diperlukan untuk benih jagung bioteknologi atau jagung PRG?.  Kepala BPJPH menegaskan bahwa, “hasil rekayasa genetika adalah halal termasuk benih-benihnya, sehingga tidak memerlukan sertifikasi halal.”

Tanaman dan pangan bioteknologi yang telah beredar di Indonesia telah teruji keamanan maupun kehalalannya. Kehalalan tanaman dan pangan bioteknologi sendiri telah tertuang di dalam Fatwa MUI no 35 tahun 2013. Dalam poin kedua mengenai Ketentuan Hukum no (2) dan (4) dinyatakan bahwa tanaman dan pangan hasil rekayasa genetika adalah halal dan boleh digunakan dengan syarat bermanfaat dan tidak membahayakan.

Tanaman dan pangan bioteknologi yang beredar di Indonesia telah memenuhi aspek sumber bahan genetik yang halal, aman pangan, pakan, dan lingkungan, serta memberikan manfaat bagi manusia. Perlu digaris bawahi,   bahwa benih bukanlah produk akhir, benih merupakan produk modal yang akan ditanam petani untuk mendukung ketahanan pangan. Dalam pengembangan benih bioteknologi, fokusnya adalah untuk meningkatkan ketahanan terhadap hama atau mengurangi biaya input. Selama tidak ada penggunaan bahan haram, proses ini tidak bertentangan dengan prinsip halal.

“Melalui kegiatan panen jagung bioteknologi di Lamongan ini diharapkan pemerintah, petani dan para pemangku kepentingan semakin memahami manfaat jagung bioteknologi dalam peningkatan produktivitas dan mengurangi biaya input, sekaligus menegaskan bahwa produk jagung bioteknologi ini aman dan halal untuk dikonsumsi. Adopsi bioteknologi adalah urgensi untuk menjaga ketahanan pangan serta meningkatkan kesejahteraan petani,” tutup Yadi Sofyan Noor.

Ayo kamu, jangan lupa lakukan kunjungan di akun-akun social media CropLife Indonesia untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai edukasi dan inovasi teknologi pertanian di Indonesia.
Twitter : @croplifeindo
LinkedIn : Croplife Indonesia
Youtube : Croplife Indonesia
Facebook : Croplife Indonesia
Instagram : Croplife Indonesia
Tiktok : Croplife Indonesia

Leave a Comment

Your email address will not be published.