Manfaat Adopsi Jagung Bt (PRG) Filipina bagi Petani

Pada tahun 2006, luas pertanaman jagung di dunia sudah mencapai 147 juta ha (James 2007). Salah satu kendala utama produksi jagung adalah serangan serangga hama. Di samping menurunkan produksi, serangan serangga hama juga menurunkan kualitas jagung. Salah satu cara pengendalian hama jagung adalah menggunakan varietas jagung tahan hama. Perbaikan sifat tanaman jagung dapat dilakukan melalui modifikasi genetik, baik dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi, khususnya melalui rekayasa genetik.

Rekayasa genetik sudah menghasilkan jagung transgenik tahan serangga hama dari kelompok Lepidoptera. Gen yang ditransfer ke dalam genom tanaman jagung untuk membentuk jagung transgenik dapat berasal dari spesies lain seperti bakteri, virus, atau tanaman (Herman et al. 2004). Salah satu contoh gen ketahanan terhadap serangga hama adalah gen Bt. Jagung Bt ditanam pertama kali secara global pada tahun 1996. Mulai tahun 2000, jagung Bt stack gene (gabungan sifat) dengan toleransi terhadap herbisida (TH) mulai ditanam (James 2003).

Di Philipina, jagung Bt untuk komersialisasi pertama kali ditanam pada tahun 2003 mencakup lebih dari 10.000 hektar. Bersama dengan varietas jagung biotek lainnya (toleran herbisida dan Bt/HT), total luas lahan pada musim hujan dan kemarau pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 630.000 hektar. Adopsi jagung Bt di Filipina memberikan manfaat berikut ini bagi petani skala kecil[1]:

  • Keuntungan hasil panen sekitar 14,3 hingga 34% dibandingkan dengan jagung hibrida konvensional.
  • Pengurangan biaya pestisida sekitar $12-$15/ha.
  • Keuntungan sebesar PhP10.132/ha (US$180), dengan penghematan biaya insektisida sebesar PhP168/ha.
  • Peningkatan keuntungan bersih sebesar 4-7% selama musim hujan, dan 3-9% selama musim kemarau.
  • Jagung Bt memiliki kualitas biji yang baik sehingga dijual dengan harga premium.

    Sumber :
  • https://www.isaaa.org/resources/publications/pocketk/5/default.asp[1]
  • James, C. 2003. Global review of commercialized transgenic crops: 2002. Feature: Bt Corn. ISAAA Brief No.29. ISAAA, Ithaca, NY.
  • James, C. 2007. Global commercialization of biotech crops: 1996 to 2006. Simposium Komersialisasi Produk Agrobioteknologi: Status, Peluang dan Tantangan. Jakarta, 7 Februari 2007.
  • Herman, M. 2003. Status perkembangan kapas Bt. Buletin Agrobio 6(1):8-25.

Ayo kamu, jangan lupa lakukan kunjungan di akun-akun social media CropLife Indonesia untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai edukasi dan inovasi teknologi pertanian di Indonesia.
Twitter : @croplifeindo
LinkedIn : Croplife Indonesia
Youtube : Croplife Indonesia
Facebook : Croplife Indonesia
Instagram : Croplife Indonesia
Tiktok : Croplife Indonesia

Leave a Comment

Your email address will not be published.