Pada tanggal 10-15 Oktober, CropLife Indonesia mengirim 4 perwakilan untuk mengikuti program Pertukaran Petani Pan-Asia yang ke 16. Program pertukaran ini merupakan program tahunan yang sudah diadakan sejak tahun 2007. Pertukaran Pan-Asia merupakan acara internasional yang menyatukan petani, akademisi, serta pemangku kebijakan dari seluruh negara Asia untuk saling bertukar informasi tentang aplikasi bioteknologi tanaman.
Perwakilan Indonesia adalah : Ir. Noor Yadi (Ketua Umum Kelompok Tani dan Nelayan Indonesia), Prof. Dr. Ir. Sobir, M.Si. (Anggota Dewan Penasehat IPB University), Dr. rer. nat. Ir. Suseno Amien (Ascociate Professor Fakultas Pertanian UNPAD), serta Dr. Indrastuti Apri Rumanti (Pemulia Tanaman dari BRIN). Keempat perwakilan tersebut mengunjungi perkebunan komersial tanaman hasil bioteknologi dan berbagai fasilitas riset pendukung, serta berinteraksi langsung dengan para petani Filipina.
Bioteknologi pertanian sudah diadopsi oleh Indonesia dengan prinsip kehati-hatian, sehingga hal inilah yang CropLife Indonesia promosikan kepada negara-negara asia lainnya di acara Pertukaran Petani Pan-Asia ke-16. •Seperti yang kita tahu Indonesia dihadapkan dengan beberapa isu, misalnya perubahan iklim yang dapat menurunkan menurunkan produktivitas pertanian dan semakin sulit penanganan untuk OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan). Bioteknologi tanaman diciptakan untuk mengatasi isu-isu tersebut dengan pemanfaatan teknologi yang berkelanjutan dan aman untuk semua pihak.
Perwakilan Indonesia berkesempatan untuk mengunjungi Institut Penelitian Padi Filipina (PhilRice) yang telah berhasil mengembangkan golden rice. Padi transgenik ini merupakan produk bioteknologi pertanian yang sudah mendapatkan izin keamanan hayati di tahun 2021. •Berdasarkan data dari Survei Nutrisi Nasional pada tahun 2018 di Filipina, kejadian kekurangan vitamin A (KKVA) terus menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang signifikan di negara tersebut karena kasus ini dialami hampir 17%, atau 2 juta anak-anak Filipina di bawah usia lima tahun1.
Sehingga, lahirnya padi transgenik ini berasal dari komitmen dan keseriusan pemerintah Filipina untuk menyediakan benih (Golden Rice) yang berkualitas untuk petani serta pasokan makanan yang aman dan berkualitas untuk rakyat Filipina dalam mengatasi KKVA. •Mengapa Golden Rice bisa membantu Pemerintah Filipina untuk mengatasi KKVA? •Pada dasarnya, Golden Rice ini sama berasal dari padi biasa (Oryza sativa L.). Budidaya padi ini sama seperti menanam padi biasa, tidak ada penambahan pupuk atau perubahan praktik budidaya, namun beras yang dihasilkan akan mengandung beta karoten A yang merupakan prekursor vitamin A. Dalam 100 gram beras akan terkandung 35 mikrogram beta karoten2. Sehingga ketika masyarakat mengkonsumsi beras Golden Rice, secara tidak langsung mereka telah mengkonsumsi vitamin A yang akan berguna untuk Kesehatan mata.
Selain itu, perwakilan Indonesia berkesempatan untuk berinteraksi dengan parapetani Filipina yang merupakan pengguna dari bioteknologi pertanian, khususnya pada komoditas jagung transgenilk yang mrmiliki ketahanan terhadap gulma. Banyak sekali informasi dan sharing yang didapatkan karena mengingat jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting kedua setelah padi di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan usaha peternakan dan industri yang menggunakan bahan baku jagung turut meningkatkan konsumsi jagung nasional. Produktivitas jagung di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas jagung di negara-negara lain.
Untuk meningkatkan produktivitas jagung, beberapa upaya telah diambil, salah satunya adalah upaya penggunaan jagung tahan hama yang daplikasikan oleh pemerintah Filipina sejak tahun 2011. Hingga saat ini 875,000 hectare lahan di Filipina telah ditanami oleh jagung hasil pengembangan bioteknologi.3
Mengapa Jagung Tahan Hama bisa membantu Pemerintah Filipina untuk meningkatan produktivitas pertanian?
•Jagung transgenik yang dikembangkan memiliki ketahanan serangga hama penggerek batang jagung (corn borer) dan penggerek akar jagung (corn root borer) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jagung konvensional. Sehingga dengan ketahanan yang lebih tinggi terhadap hama, maka produktivitas hasil panen para petani pun jauh lebih tinggi.
•Berdasarkan keterangan dari para petani, mereka bisa menghasilkan 12ton/ha jagung dengan aplikasi jagung transgenik sedangkan jika mereka menggunakan jagung konvensional hasil panen hanya berkisar 6-8ton/ha.
•Dikarenakan hasil panen yang lebih tinggi, pendapatan dari para petani di Filipina pun meningkat sehingga mereka bisa menyekolahkan anak-anak hingga level universitas dan mereka merasa ada peningkatan taraf kesejahteraan semenjak menggunakan benih jagung hasil bioteknologi.
Sebagai negara dengan kekayaan sumber daya hayati yang tinggi, maka Indonesia memiliki potensi untuk memajukan pertanian. Perwakilan dari Indonesia di acara program Pertukaran Petani Pan-Asia yang ke 16 telah memiliki komitmen untuk terus mendukung pertanian Indonesia salah satunya dengan pengandopsian teknologi terkini.
Sumber :
1.https://www.da.gov.ph/golden-rice-tastes-smells-like-regular-rice-but-more-nutritious/
2.Tang G, Qin J, Dolnikowski GG, Russell RM, Grusak MA. Golden Rice is an effective source of vitamin A. Am J Clin Nutr. 2009 Jun;89(6):1776-83. doi: 10.3945/ajcn.2008.27119. Epub 2009 Apr 15. PMID: 19369372; PMCID: PMC2682994.
3.https://apps.fas.usda.gov/newgainapi/api/report/downloadreportbyfilename?filename=Agricultural%20Biotechnology%20Annual_Manila_Philippines_7-24-2012.pdf