Apakah perlakuan #SahabatCropLife di lapangan dalam mengelola resistensi pada tanaman timun sudah benar? Yuk simak penjelasannya!
Penyakit embun tepung atau embun bulu (downy mildew) disebabkan oleh cendawan Pseudoperonospora cubensis. Patogen penyakit embun tepung ditularkan melalui angin. Spora tersebar melalui angin ke tanaman dan ladang tetangga dan seringkali dalam jarak jauh. Gejala muncul 4-12 hari setelah infeksi. Patogen tumbuh subur di bawah kondisi dingin dan lembab, tetapi dapat tumbuh dengan baik di bawah berbagai kondisi. Kondisi optimal untuk sporulasi adalah 59 F / 15 C dengan kelembaban 6-12 jam (biasanya dalam bentuk embun pagi).
Ketika suhu siang hari yang tinggi tidak menguntungkan bagi patogen (>95F/35C), suhu malam hari mungkin sangat cocok. Oospora (spora istirahat berdinding tebal) dari Pseudoperonospora cubensis jarang terjadi dan perannya di alam tidak diketahui. Tiga efek utama dari Pseudoperonospora cubensis 1) hasil yang berkurang, 2) proporsi buah yang cacat (terutama pada mentimun) dan 3) buah yang terbakar matahari karena peningkatan paparan sinar matahari langsung (terutama pada semangka dan labu musim dingin). (sumber : bugwood.org)
Kebiasaan petani pada umumnya melakukan aplikasi dengan interval 5-7 hari dengan total aplikasi per musim 6-8 x . Aplikasi pertama pada 21 hst – aplikasi terakhir 60 hst (40 hari).
Minimal 4 cara kerja diperlukan untuk pengelolaan resistensi dan hanya menggunakan fungisida yang sudah tedaftar, serta gunakan sesuai label rekomendasi.
Cara pengendalian dalam aplikasi fungisida dan menekan resistensi terjadi sebagai berikut :
Target penyakit* : Embun Tepung (Pseudoperonospora cubensis)
Jumlah Maksimal Aplikasi Permusim* : Lebih dari 6
Minimal Cara Kerja Fungisida yang Diperlukan Untuk Pengelolaan Resistensi* : 3-4 (Asumsi 4x aplikasi per cara kerja)***
Cara Kerja Fungisida yang Terdaftar (Kode FRAC )*,** : 4, 11, 19, 21, 22, 27, 28, 33, 40, 43, 45, 49, M01, M03, M05