Terjadinya resistensi pada penyakit dapat memberikan kerugian pada para penggiat pertanian, dan sebaliknya keberhasilan dalam mengelola resistensi dapat memberikan beberapa manfaat. Yuk simak manfaatnya!
Terjadinya resistensi penyakit karena adanya pressure/tekanan yang dapat terjadi pada semua control strategy yang dilakukan termasuk tindakan pengendalian dengan pestisida. Ini merupakan proses seleksi alam yang terjadi pada individu, namun demikian ukuran terjadinya resistensi pada tingkat populasi. Kejadian resistensi bersifat reversible artinya populasi resisten dapat kembali menjadi tidak resisten. Kemampuan organism dengan organisme lain untuk berkembang menjadi resisten akan berbeda, demikian juga kemampuan suatu senyawa dengan senyawa lain untuk menimbulkan resisten pada penyakit akan berbeda.
Terjadinya resistensi pada penyakit dapat memberikan kerugian baik kepada masyarakat (pengendalian menjadi tidak efektif daan efisien), industri pestisida (kehilangan kepercayaan terhadap produk yang dipasarkan), lingkungan (polusi dan residu semakin tinggi), maupun pemerintah (dapat menggagalkan beberapa program dalam bidang pertanian).
Berbagai faktor dapat menjadi pendorong terjadinya resistensi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Mengetahui baik faktor internal maupun ekstrenal sangat penting dalam upaya pengelolaan resistensi baik dalam upaya pencegahan terjadinya resistensi, memperlambat laju terjadinya resistensi, maupun mengatasi resistensi pada populasi yang telah resisten.
Jadi #SahabatCropLife jangan lupa pelajari tips dari CropLife Indonesia dan dapatkan manfaatnya ya!
Ayo kamu, jangan lupa lakukan kunjungan di akun-akun social media CropLife Indonesia untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai edukasi dan inovasi teknologi pertanian di Indonesia.
Twitter : @croplifeindo
LinkedIn : Croplife Indonesia
Youtube : Croplife Indonesia
Facebook : Croplife Indonesia
Instagram : Croplife Indonesia