Solopos.com, SRAGEN — Parmin, 70, warga Dukuh Sidorejo, Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Sragen, mampu menciptakan mesin produksi pupuk organik dalam bentuk granul. Menariknya, pupuk organik itu dibuah dari bahan bekas kotoran cacing (kascing) tanah yang khusus didatangkan dari Thailand.
Pria yang sebelumnya bekerja sebagai pengusaha bahan bangunan itu memilih fokus menekuni usaha produksi pupuk organik sejak 15 tahun lalu. Rumahnya yang berada tak jauh dari Waduk Botok, ia sulap menjadi tempat produksi pupuk dengan memberdayakan delapan tenaga kerja. “Saat itu [15 tahun lalu], saya yang tergabung dalam kelompok tani mendapat bantuan cacing dari Pak Untung [Untung Wiyono, mantan Bupati Sragen]. Sampai sekarang, cacing itu masih saya budi dayakan,” ujar Parmin kala berbincang dengan Solopos.com di kampungnya, Rabu (6/1/2021).
Dalam sehari, Parmin bisa memproduksi rata-rata 2,5 ton pupuk organik granul yang berasal dari kotoran cacing. Setiap hari, sekitar 2,5 ton cacing yang ia budidayakan diberi makan sekitar 2,5 ton kotoran sapi. Setelah sehari semalam, cacing itu akan mengeluarkan kotoran yang kemudian diolah sebagai bahan pupuk organik granul.
Untuk mengolahnya menjadi pupuk organik siap jual, Parmin membuat mesin pengayakan granul bertenaga diesel. Pupuk organik granul bikinan Parmin dijual kurang dari Rp2.000/kg. Kurangnya ketersediaan kotoran sapi yang jadi makanan cacing menjadi kendala produksi dalam jumlah besar. Parmin sendiri saat ini hanya memiliki 12 ekor sapi yang bisa menghasilkan rata-rata 180 kg kotoran/hari. Untuk menambah jumlah produksi pupuk, Parmin terpaksa membeli kotoran sapi dari kalangan peternak di sekitar desanya.
“Kalau dikalkulasi, kebutuhan kotoran sapi sangat banyak. Cacing yang saya budidayakan itu bisa makan kotoran dari 150 ekor sapi/hari. Jadi, kekurangannya masih banyak sekali,” ucap Parmin.
Anggota DPR dari PKB, Luluk Nur Hamidah, berkesempatan meninjau lokasi produksi pupuk organik kascing bikinan Parmin pada Rabu. Luluk tidak sungkan memuji langkah Parmin yang menggencarkan produksi pupuk organik demi mengurangi ketergantungan petani kepada pupuk kimia.
“Tantangannya itu petani lebih suka melihat warna hijau tanaman padi yang diberi pupuk kimia. Padahal yang hijau itu baru daunnya. Yang terpenting itu adalah bulir biji tanaman padi yang dihasilkan,” ujar Luluk pada kesempatan itu.
Ia berharap tempat produksi pupuk organik kascing tersebut bisa berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, dukungan dari pemerintah daerah, provinsi maupun pusat amat dibutuhkan. Sebagai bentuk kepedulian pemerintah pusat, Luluk menyalurkan bantuan sarana produksi kepada Parmin.
“Harapan produksi pupuk ini bisa memenuhi target harian. Kapasitas produksi idealnya 5 ton/hari, karena keterbatasan sarana dan bahan baku hanya bisa memproduksi 2,5 ton/hari,” terang Luluk.
sumber: https://www.solopos.com/mantul-petani-di-sragen-produksi-pupuk-dari-kotoran-cacing-1100913